Jumat, 18 April 2014
Selasa, 25 Maret 2014
Khasiat Air Liur Manusia dan Tanah.
oke, disini aku mau berbagi sedikit pengetahuan yang aku dapat dari sebuah artikel online tentang khasiat Air ludah dan Tanah. Mungkin sebagian dari kita kalo denger dua kata tersebut, pasti langsung jijik jijik giman gitu yah, jorok kan. Atau mungkin sebagian dari kita bilang kek gini '' manfaat air ludah, yang buat ngisengi temen, main ludah ludahan banget" haha ini asli jorok banget anak SD jaman sekarang aja udah jarang yang kek ginian, paling mereka ludah ludahan sama gadget mereka kali yah *ups. hehehe
Ternyata nih yah, Keajaiban Air Liur manusia & Tanah sudah diisyaratkan di dalam Hadits. Di Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa air liur yang dihasilkan
oleh manusia mengandung penghilang (penenang) yang kuat terhadap rasa
sakit. Mari kita perhatikan penemuan ilmiah dan Hadis Nabi yang
muliashallallahu ‘alaihi wasallamberikut ini.
- Penemuan Obat Penghilang Rasa Sakit Alami
Penelitian-penelitian ilmiah mengatakan bahwa kelenjar ludah (air liur)
yang ada di mulut, mengeluarkan sekitar satu liter air liur perharinya,
dan selama gerakan dan aliran sejumlah air liur ini di dalam mulut
terjadilah proses perlawanan (pembasmian) kuman-kuman dan penyimpanan
mineral penting yang dibutuhkan untuk membangun enamel gigi seperti
kalsium, fluorida, fosfat, dan magnesium. Para peneliti Perancis
dari Institut Pasteur di Paris telah menemukan obat penghilang
(penenang) baru dan kuat terhadap rasa sakit, yang kekuatannya enam kali
lipat lebih besar dibandingkan kekuatan morfin, saat diujicobakan pada
tikus-tikus percobaan. Dan terjadinya proses produksi obat penenang baru
ini secara alami dengan perantara tubuh manusia melalui air liur yang
ada di dalam mulut mereka.
Sebagaimana juga ditegaskan oleh
Perhimpunan Masyarakat Jerman untuk Perlindungan gigi “Prodent” bahwa
air liur terhitung seperti eliksir kehidupan bagi gigi, karena fungsi
pentingnya tidak hanya terbatas pada melembabkan makanan di dalam mulut
dan memudahkan proses menelan makanan, akan tetapi ia berfungsi menjadi
penghalang (pelindung) pertama di mulut untuk pencegahan terhadap
penyebab-penyebab penyakit. Dan gigi mengambil manfaat dari kandungannya
yang berisi semua garam-garam mineral yang melindungi enamel gigi dari
serangan asam.
2. Tanah Sumber Penyembuhan
Demikian
juga para ilmuwan sekarang ini berusaha melakukan proses penyaringan
sejumlah besar antibiotik dari bakteri, terutama bakteri yang hidup di
tanah. Dan penelitian-penelitian ilmiah di bidang ini menegaskan bahwa
tanah bisa jadi menjadi sumber penting masa depan untuk jenis
obat-obatan baru.
Tapi yah , yang harus kita tahu, manfaat air liur dan tanah mah sudah diketahui bahkan sudah dimanfaatkan pada masa Rasulullah Saw, hayoo gimana tuh coba ? padahal kan jaman dulu ga ada tuh yang namanya alat alat moderen seperti jaman sekarang untuk mempermudah penelitian, "maka nikmat Allah yang mana lagi yang kamu dustakan ? "
Bagaimana Nabishallallahu ‘alaihi wasallammelihat dua hal ini di
zamannya? Dan bagaimana pandangan manusia di zaman terhadap dua unsure
ini (air liur dan tanah) ?
Dahulu manusia memandang tanah sebagai
barang yang kotor, dan baru-baru ini terbukti bahwa ditemukan bahwa
tanah adalah barang yang bersih dan mneyucikan (disinfektan)!
Sebagaimana mereka dahulu melihat air liur sebagai suatu barang yang
tidak menyenangkan. Akan tetapi penelitian-peneltian modern menunjukkan
bahwa air liur manusia mengandung disinfektan bagi mulut dan penghilang
(penenang) rasa sakit. Intinya adalah bahwa tanah dan air liur di dalam
keduanya terdapat obat!
Dan yang menakjubkan adalah bahwa
Nabishallallahu ‘alaihi wasallammengisyaratkan hal ini dengan siyarat
yang lembut (halus), yang mana beliahshallallahu ‘alaihi
wasallammenganggap tanah dan air liur sebagai media untuk penyembuhan,
dan dahulu beliaushallallahu ‘alaihi wasallamberdo’a kepada Allah agar
menyembuhkannya dengan berkah hal itu. Nabishallallahu ‘alaihi
wasallampernah berdoa dalam Ruqyahnya:
بِسْمِ اللَّهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيقَةِ بَعْضِنَا يُشْفَى سَقِيمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا
” Dengan nama Allah, Debu tanah kami dengan ludah sebagian kami semoga
sembuh orang yang sakit dari kami dengan izin Rabb kami.”(HR.
Al-Bukhari)
Maka dalam hadits ini ada isyarat akan arti penting
tanah dalam penyembuhan, demikian juga air ludah dalam penyembuhan
penyakit. Maka sungguh benar Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam.
(Sumber: لعاب الإنسان وتربة الأرض مصدران للشفاء karya ‘Abdud Daim Kaheel. Diterjemahkan oleh Abu Yusuf)
Subhanallah....
Maha Suci ALLAH yang telah menurunkan AL-Qur'an, dan mengirimkan kita
seorang Nabi mulia, Rasulullah, Muhammad Saw. Semoga ALLAh senantiasa
memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya, sehingga kita menjadi hamba-Nya
yang senantiasa selalu ingat dan berdzikir kepada-Nya. Aamiin
gimana masih ragu ? udah diteliti lho, masih ada yang alergi sama Tanah ? hahaha jangan yah, tapi kalo sesudah pegang tanah yah harus dicuci yah, bagaimana pun slain ada bakteri baik, di tanah juga banyak mengandung bakteri yang buruk bagi kesehatan. Nah ibuk ibuk atau para calon orang tua, biarkan anak anda bermain di tanah (asal dicuci yah sesudahnya), berani kotor itu baik *ehh ngiklan deh :D
-Semoga Bermanfaat-
Khairunnisyah
Masih mengeluh ? Pikir lagi deh !
Mari bersyukur : )
Disini aku mau sedikit berbagi sekaligus mengingatkan kepada sesama manusia karena sejati nya kita bersaudara, kan ya ?. Jadi ceritanya gini, pas aku pulang kuliah, aku langsung nyalai tv dan nemu berita yang isinya tentang cerita pilu (tragis sih kalo menurut aku) seorang bocah perempuan tunawisma, yang berumur 7 tahun di Provinsi Riau yang rela merawat Ayahnya yang mengalami sakit keras, hidup mereka berpindah pindah diatas gerobak becak, berjuang hanya demi kesembuhan sang Ayah. Alhasil karena aku penasaran sama berita ini, akhirnya aku search di google dan nemuin yang kek gini .............
MEDAN, KOMPAS.com —
Siti Aisyah, bocah berusia delapan tahun, sangat tegar dan semangat
merawat ayahnya, Muhammad Nawawi Pulungan (54), yang tidak berdaya untuk
menjalani hidupnya sehari-hari.
Setiap harinya, bocah perempuan yang biasa disapa Aisyah ini mendorong becak tanpa arah bersama sang ayah.
Sejak mengalami komplikasi, Nawawi Pulungan tidak berdaya dan membutuhkan perawatan yang ia dapatkan dari sang anak.
"Kami sudah tiga tahun belakangan ini tinggal di masjid raya, tapi karena takut diusir, jadi kami sering jalan tidak tentu arah, dan anak saya, Aisyah, yang merawat saya. Bangga saya punya anak sepertinya," ujarnya ketika ditemui Tribun, Kamis (20/3/2014).
Nawawi dan Aisyah sehari-hari bertahan hidup dengan belas kasihan dari masyarakat yang tak sengaja melihat mereka.
"Kami tidak mengemis. Kami hanya bertahan hidup sekuat tenaga kami. Mungkin banyak yang kasihan dengan kondisi kami dan mereka membantu dengan memberikan kami uang atau makanan," ujarnya.
Ia menuturkan, sejak Aisyah berusia 1 tahun, ibunya sudah meninggalkannya. Ia memiliki keluarga di Pematang Siantar. Namun, sejak ia tidak berdaya karena sakit, keluarganya tidak peduli dengan nasibnya dan Aisyah.
"Yang terpenting bagi saya saat ini adalah anak saya Aisyah dan kesembuhan saya. Saya semangat untuk sembuh agar bisa bekerja dan membahagiakan anak saya," katanya.
Rabu (19/3/2014) malam kemarin, Aisyah dan ayahnya dibawa oleh Plt Wali Kota Medan Dzulmi Eldin ke Rumah Sakit Pirngadi Medan untuk mendapatkan perawatan. Saat ini, ayah Aisyah sudah dirawat di rumah sakit tersebut.
Sementara itu, Aisyah telah dirawat oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Rencananya, Jumat (21/3/2014), Aisyah akan disekolahkan di sebuah SD negeri di Jalan Purwo Medan.
Setiap harinya, bocah perempuan yang biasa disapa Aisyah ini mendorong becak tanpa arah bersama sang ayah.
Sejak mengalami komplikasi, Nawawi Pulungan tidak berdaya dan membutuhkan perawatan yang ia dapatkan dari sang anak.
"Kami sudah tiga tahun belakangan ini tinggal di masjid raya, tapi karena takut diusir, jadi kami sering jalan tidak tentu arah, dan anak saya, Aisyah, yang merawat saya. Bangga saya punya anak sepertinya," ujarnya ketika ditemui Tribun, Kamis (20/3/2014).
Nawawi dan Aisyah sehari-hari bertahan hidup dengan belas kasihan dari masyarakat yang tak sengaja melihat mereka.
"Kami tidak mengemis. Kami hanya bertahan hidup sekuat tenaga kami. Mungkin banyak yang kasihan dengan kondisi kami dan mereka membantu dengan memberikan kami uang atau makanan," ujarnya.
Ia menuturkan, sejak Aisyah berusia 1 tahun, ibunya sudah meninggalkannya. Ia memiliki keluarga di Pematang Siantar. Namun, sejak ia tidak berdaya karena sakit, keluarganya tidak peduli dengan nasibnya dan Aisyah.
"Yang terpenting bagi saya saat ini adalah anak saya Aisyah dan kesembuhan saya. Saya semangat untuk sembuh agar bisa bekerja dan membahagiakan anak saya," katanya.
Rabu (19/3/2014) malam kemarin, Aisyah dan ayahnya dibawa oleh Plt Wali Kota Medan Dzulmi Eldin ke Rumah Sakit Pirngadi Medan untuk mendapatkan perawatan. Saat ini, ayah Aisyah sudah dirawat di rumah sakit tersebut.
Sementara itu, Aisyah telah dirawat oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Rencananya, Jumat (21/3/2014), Aisyah akan disekolahkan di sebuah SD negeri di Jalan Purwo Medan.
sumber dari : http://regional.kompas.com/read/2014/03/20/1954105/Kisah.Bocah.Aisyah.yang.3.Tahun.Merawat.Ayahnya.di.Becak
atau yang mau lihat video nya, bisa klik link ini.
oke udah baca kan , dari berita diatas , kira kira masih pantas ga kita mengeluh ? apalagi kebanyakan nih aku sering lihat di socmed mengeluh yang ga penting banget buat dikeluhin, ngeluhin pacar, ya Allah busyettttttt nah, kalo kata orang Palembang 'Lolo nian' , yang anak sekolahan, khususnya anak kuliahan banyak banget yang ngeluh tentang tugas , laporan yang harus mereka kerjakan, bahkan ada yang bunuh diri cuma karena skripsi nya harus revisi lagi (disuruh sama dosennya) , itu sumpah konyol banget, mending yah mengeluh yang positif, misalnya ' Ya Allah kok solat ku masih bolong2 yah, gimanaca cara nutupinnya', ayo dong come on, kita ini generasi penerus bangsa, masa' ngeluh nya yang ga penting penting gitu, kalo kalian sadar masih banyak orang yang kurang beruntung dibawah kita, adek Aisya ini hanya contoh kecil potret kehidupan masyarakat Indonesia yang "untung-untung" kena jepretan media, sehingga dapat dipublikasikan ke seluruh penjuru negeri, jadi mengalir lah rasa empati kita kepadanya, dari ujung ke ujung Indonesia ini kalo lihar berita ini pasti empati, pasti itu (pengecualian, hanya yang waras yang empati). Oke sekali lagi aku tegaskan ini hanya contoh kecil saudara kita yang mengalami kekurangan, jadi buanyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak diluar sana yang hidupnya serba kekurangan dibandingkan kita. Tapi coba lihat adek aisyah ini, begitu tegar bukan ? dia rela menanggalkan masa masa bermainnya demi sang ayah, Dia ga mau dibilang pengemis, dia mampu mencari makan sendiri untuk hidup nya dan sang Ayah, dia ga malu, bagi nya ini hanya bentuk bakti sang anak kepada ayahnya, hal apapun yang bisa membuat sang ayah sembuh, pasti akan dia lakukan, gilak super banget kan ? baru 7 tahun lho -_- aku aja kalo ditanya apa yang bisa aku kasih buat ayah aku, pasti aku diem, karena aku ga tau apa yang harus aku kasih, cuma doa mungkin padahal umurku jauh lebih gede dibanding aisya, sumpah aku malu lho sama diri aku sendiri, masa' iya kalah sama bocah yang baru seumur segitu. Tapi disini aku belajar apa itu hakikat semangat hidup yang sebenarnya dari seorang bocah berumur 7 tahun.
terus bagaimana dengan kalian, ? kalian yang hampir fasilitas nya terpenuhi, kuliah dibayari ortu, tiap bulan cuma bilang "ma, udah ditransfer belom uang bulan ini ?" atau " ma, uang bulananku kurang" tuingtuing lansgsung ditransfer sama mamanya, tanpa harus kerja dulu, kalian yang tugasnya cuma dituntut buat belajar, dan itu pun kalian lakukan dengan malas - malasan plus lebih banyak lah mengeluhnya ketimbang bersyukur. ga MALU ? Kuliah asal - asalan, tugas asal buat, ujian nyontek sama teman , oke guys nyontek itu sama aja kayak kalian ngemis, itu adek Aisya aja ga mau lho dibilang pengemis, masak iya anak kuliahan kok ngemis, ngemis jawaban pula, yaah udah rusak banget tuh citra kalian didepan Tuhan . Oke disini aku ngomong kek gini bukan karena aku sok suci yah, karena sepengelihatan aku selama ini, kebanyakan mahasiswa yah kyak gini tingkah laku nya, coba sedikit dirubah lah, karena prilaku kita hari ini mencerminkan kita dimasa depan lho, jadi buat teman teman ayo dong, kita ubah kebiasaan kita, jadi pribadi yang lebih banyak action daripada mengeluh, mari perbanyak bersyukur, agar lapang nih hati kita, kalo hati lapang kan enak, buat senyum pun gampang, selain itu dengan bersyukur kita bisa selalu ingat sama nih pemberi hidup, siapa dia ? Allah Azza Wa Jala lah, masa' aku, hehe... dan selain itu kita semakin sadar bahwa dibawah kita masih banyak yang kekurangan , jadi kita ga menajdi manusia minder, mari kita sama sama belajar, untuk menjadi pribadi yang lebih banyak bersyukur dan lebih baik lagi kedepannya.
Tulisan ini dibuat khususnya untuk mahasiswa ( sepengelihatan saya )
umumnya untuk semua kalangan agar lebih banyak bersyukur.
sudahkan anda mengucapkan alhamdulillah hari ini ??
khairunnisyah .
Tulisan ini dibuat khususnya untuk mahasiswa ( sepengelihatan saya )
umumnya untuk semua kalangan agar lebih banyak bersyukur.
sudahkan anda mengucapkan alhamdulillah hari ini ??
khairunnisyah .
Sabtu, 22 Maret 2014
Disini saya bakal share quotes nya Oprah Winfrey, o ohh siapa dia ?? , hehe :D Oprah itu adalah seorang presenter di salah satu acara talking2 gitu, kalo di Indonesia, analoginya kayak om Deddy Corbuzier di Hitam Putih, kalo Oprah punya acara sendiri juga, namanya Oprah Show. Saya suka sama cara Oprah bertanya, quotes quotes nya juga bermutu dan keren, saya mengangugumi Oprah sejak masih SD kelas 6, waktu itu kenal Oprah di majalah Bobo, ( pada tahu kan sama Bobo, masa kecil nya suram kalo ga tahu ), Oprah menginspirasi saya bahwasanya setiap orang itu pasti memiliki masa lalu, terlepas itu baik atau buruk , abaikan saja, toh juga sudah berlalu, masa sekarang yah sekarang, stop memikirkan masa lalu, mari bangkit menjadi pribadi yang lebih baik lagi untuk masa yang akan datang serta ga ada cerita dimana laki laki harus lebih sukses dibanding perempuan, kita sama bro, hanya saja harus tetap memperhatikan batasan dan koriodr sebagai seorang perempuan yang anggun dan elegan. Berikut adalah beberapa quotes nya beliau yang saya kutip dari https://twitter.com/Oprah_World :)
Challenges are what make life interesting. Overcoming them is what makes life meaningful.
A pessimist sees the difficulty in every opportunity; an optimist sees the opportunity in every difficulty.
I am who I am today because of the choices I made yesterday.
Just because you can, doesn't mean you should.
stay strong, be positive. We all struggle sometimes.
Laugh your heart out Dance in the rain Cherish the moment Live laugh love forgive & forget Life's to short to live with regrets.
I'm strong because I know my weaknesses. I'm wise because I've been foolish. I laugh because I've known sadness.
If you live your life with the regrets of yesterday and the worries of tomorrow, you will have no today to be thankful for!
sebenarnya masih banyak lagi quotes nya si Oprah, :D
" Happiness is not something you postpone for the future; it is something you design for the present."
" Being a mother is discovering strengths you didn't know you had and dealing with fears you never knew existed "
Don't stress. Do your best. Forget the rest.Be a voice, not an echo.
Challenges are what make life interesting. Overcoming them is what makes life meaningful.
A pessimist sees the difficulty in every opportunity; an optimist sees the opportunity in every difficulty.
I am who I am today because of the choices I made yesterday.
Just because you can, doesn't mean you should.
stay strong, be positive. We all struggle sometimes.
Laugh your heart out Dance in the rain Cherish the moment Live laugh love forgive & forget Life's to short to live with regrets.
I'm strong because I know my weaknesses. I'm wise because I've been foolish. I laugh because I've known sadness.
If you live your life with the regrets of yesterday and the worries of tomorrow, you will have no today to be thankful for!
sebenarnya masih banyak lagi quotes nya si Oprah, :D
My Birthday - 19
Taraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, sebenarnya sih mau nulis ginian udah dari bulan bulan kemarin, tapi apadaya tangan tak sampai, lagi sibuk - sibuknya ngerjain lima laporan per satu minggu, plus tugas tugasnya sebagai bumbu serta kuis kuis sama respo responnya, hahaha enjoy this life !
oke , di tanggal 21 bulan januari tahun 1995 , atau 19 syaban 1914 kalo ga salah di
kalender hijriah nya itu, 19 tahun silam, waktu itu hari sabtu pas di jam 09:10 gue lahir deh, saya lahir pas weekend dibantu sama bidan dari puskesmas. saya lahir dari pasangan yang
insyaAllah SAMARA , Hamzah dan Rahmalena, saya ga bisa bayangin gimana kepanikan
ibu bapak saya dulu sebelum saya lahir, secara saya kan anak pertama , jadi
otomatis itu pengalaman pertama ibu bapak saya nyambut anggota baru di keluarga
mereka …
Daddy :D |
Mommy :D |
kata ibu Saya, waktu saya masih di dalem perut, itu kan di USG yah, ibu saya rutin check ke dokter A*** waktu itu, salah satu dokter di kota saya yg sampai hari ini ibu gue empet banget liat tuh dokter, hahaha ya iyalah apa ga empet, waktu perut ibu saya di USG, tuh dokter dengan PD-nya bilang kek gini :
"" Wah bu, ini anak ibu pasti cowok, PASTI, SAYA YAKIN NIAN, itu bu bisa dilihat dari keaktifannya, jenis kelaminnya nya juga saya pastikan COWOK, bu, bla bla . . . . . . . . . ."
Pokoknya tuh dokter yakin banget kalo anak yg didalam perut ibu saya itu Laki, ga bilang InsyaAllah kek, apa kek, pokoknya udah kek ngedahului Tuhan banget gitu, beberapa kali ibu saya check, slalu kek gitu yg dia bilang ama ibu saya , PASTI COWOK. Dan yaa secara kan ibu sama bapak saya percaya percaya aja, mereka yakin ama tuh dokter yang katanya terkenal di kota saya , dan ibu bapaksaya juga yakin, toh juga alat alat kedokteran udah canggih , dan alhasil saat itu, ibu bapak saya udah nyiapin nama buat saya ( yang sampe sekarang gue ga dikasih tau namanya ), perlengkapan bayi cowok, dll lah.
Tepat di tangal 21 bulan januari tahun 1995 pukul 09.10 WIB , saya lahir, saya ga sempet dibawa ke tuh dokter, karena jarak yg ga memungkinkan saat itu, sementara ibu saya udah kesakitan banget kan, jadi dibawalah gue ke puskesmas marga mulya waktu itu, dan, eennng inngg ennggg ternyata yang lahir itu bayi cewek, CEWEK , hahaha bukannya ibu bapak saya ga terima kalo yang lahir cewek, hanya saja cara tu dokter yang ngomongnya meyakinkan banget yang buat ortu saya merasa agak kecewa, nama saya pun jadinya bukan orang tua saya yang buat, tapi bapak angkat nya bapak saya , Khairunnisya hamzah, itu nama saya , dan disingkat jadi khairunnisya H di akte, tapi karena mungkin yang salah itu badan catatan sipil yang buat akte saya , jadilah nama saya khairunnisyah, hahaha dari dalem perut sampe ke pembuatan nama, keknya hidup saya selalu bermaasalah yahhh , makanya waktu saya udah gede, saya ga terlalu mempermasalahkan masalah, karena saya udah akrab ama masalah, lah dari kecil aja udah banyak masalah kok, hahaha # KEEP CALM :D
Dan ini perubahan saya dari kecil sampe sekarang, di umur ke - 19 ...
Ini waktu SMP kelas 3 |
Ini foto waktu mau detik detik perpisahan di SMP, ahh miss you guys :( , (masih culun banget kan aku) :D |
Ini waktu kelas 1 SMA kalo ga salah, di watervang |
Ini di SMA kelas 3 |
Ini waktu kelas 3 sama temen sebangku |
Foto Buku Tahunan SMA |
Ini waktu masih jadi mahasiswi nya - UII, hehehe ~ |
waktu jadi mahasiswi nya UNSRI . |
1 bulan sebelum 19 tahun :D |
Dari beberapa foto yang mungkin ga terlalu urut pertahun , keknya ga ada perubahan yg drastis, masih sama seperti khairunnisyah yg dulu, ciyaaaattt :D
Di tahun ini, sama seperti tahun tahun sebelumnya, alhamdulillah lantunan doa mengalir deras (air keles) di hari tersebut, mulai dari orang tua , keluarga, sahabat, rekan dan teman, kenalan, bahkan yang kenal pun (di socmed dan di jalan) turut memberikan doa terbaiknya buat saya, apalagi doa dari kedua orang tua yang Subhanallah makna nya luar biasa, aku sampai merinding baca sms dari bapak dan dengar langsung dari ibu ( ibu saya nelpon ), mereka ga muluk muluk kok doa nya, cuma minta saya selalu ingat sama pemberi Hidup, jangan sombong, sayang keluarga, sama semoga saya selalu sukses dan dilindungi oleh Allah dimana pun saya berada, simple banget tapi sangat berarti buat saya, apalah arti saya tanpa doa mereka. InsyaAllah semua pinta mereka slalu saya lakukan.
Hanya saja beda nya di tahun ini sama tahun tahun sebelumnya adalah , ini tahun terakhir saya di angka belasan, ga berasa sudah di penghujung angka belasan, perasaan baru kemarin lari larian di SD, nangis di perpisahan SMP, ketemu teman baru di SMA, dan taarraaa sekarang udah mau nginjak kepala dua aja, yaah memang, perasaan ga selalu sejalan sama kenyataan, hahaha this's life, di umur yang bukan anak anak lagi ini saya selalu berusaha untuk memenuhi doa doa kalian untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih baik, dan lebih baik lagi kedepannya, belajar menanggalkan kebiasaan yang kekanakan, belajar untuk menjadi dewasa dan berprilaku bijaksana serta santun, lebih menghargai arti hidup dan arti keberadaan orang sekitar, lebih sabar menjalani takdir yang tlah ditetapkan, sayang terhadap keluarga dan sesama, menjadi pribadi yang bermanfaat buat semua orang, pribadi yang sukses menjadi manusia seutuhnya, sukses menjadi seorang Hamba, dan sukses menjadi seorang anak.
syukur alhamdulillah , terima kasih Ya Allah yang tlah mempercayakan saya untuk tetap ada di dunia ini di tahun yang ke 19 tahun masehi, pasti ada maksud engkau menciptakan hamba mu ini dan membiarkan hamba masih bernafas hingga saat ini, maksud dan tujuanMU itu lah yang kini sedang hamba cari,, Ya Rabb sungguh tak terhitung jumlah nikmat yang tlah kau limpah kan pada hamba dan keluarga, alangkah hinanya hamba ini dihadapanmu ya Rabb dibandingkan hamba2mu yang lain yang lebih taat, di umur segini pun hamba masih sering melalaikan kewajiban hamba, seandainya ini tahun terakhir hamba didunia, ntahlah apa jadinya hamba di alam sana kelak, ampuni hamba mu ini ya Rabb jadikan hamba pribadi yang lebih baik lagi mata mu. Aamiin
terima kasih ibu bapak, yang sudah merawat, membesarkan, mendidik dan me me me lainnya sampai saat ini, sungguh harta sebanyak buih dilautan pun tak kan mampu membalas semua jasa dan pengorbanan ibu dan bapak, hanya doa yang selalu utet haturkan disetiap sujud utet, semoga kelak utet bisa jadi anak pertama kebanggan ibu sama bapak. Aamiin
Terima kasih juga tak lupa saya haturkan kepada semua orang yang mulai dari jam 00.00 WIB di tanggal 21 jan 2014 sampai tanggal 23 jan 2014 , mulai dari lewat sms, telpon, twitter, email, facebook dan jaringan sosial lainnya yang sudah memberikan ucapan dan doanya, maaf karena tidak bisa dibalas satu persatu, semoga doa saya, doa kalian dan doa kita semua didengar dan di diijabah oleh Zat Pengabul Doa serta semoga kalian juga dilimpahkan nikmat kebaikan dunia dan akhirat oleh Zat pemberi nikmat. Aamiin :)
Terima kasih juga buat temen kuliah khususnya Aat, Ajul, Mela, Yunida, Eka dan Inggrid yang sudah kasih kado sama supraise *pake acara bilang assistensi kimia lah, halah :P * yaah walaupun udah telat sampe 3 hari yahh :p tapi gpp lah, terima kasih juga buat kebodohan nya Mela yahh, yang udah berhasil nibanin nih kepala sama Telur yang kata Inggrid sih udah 2 bulanan lebih di kamarnya, dan itu luar biasa nya bau nya lho Mel, dasar syaitaaannnnn -_- :D padahal udah tahu masih ada kuliah lagi masih aja pake acara ceplok telor, ini pertama kalinya lho, kalian bener bener deh , dan alhasil saya telat masuk kuliah, ckckc ~ tapi ga paa paaa lah, yang jelas makasihhhhhhhhh banyak :*
ini foto setahun yang lalu dikasih ama temen :D , thankyou thankyou deh yahh nopa :D |
Ini kue Ultah, Ultah siapa haiyo :D |
Jumat, 21 Maret 2014
nih artikel bagus , buat kalian yang umurnya udah 20 :D
*siapin kamus*
1. Fail Early and Often; Time Is Your Best Asset
2. You Can't Force Friendships
*siapin kamus*
On my
20th birthday, I got drunk and peed on some old ladies' front lawn. A
cop saw me and stopped me. Fortunately, I talked my way out of going to
jail that night. I already had an arrest record, but he didn't bother to
check. My 20s started out with a bang.
This post originally appeared on Mark Manson's blog.
At the
time, I was aimless. I had just dropped out of music school and cut my
long, tangly hair. I wanted to move out of Texas but didn't know how or
where. I would sometimes lecture people about the spiritual aspect of
consciousness and had a number of half-baked ideas about the theory of
relativity and whether the universe actually existed or not.P
I was smart and audacious and arrogant and really annoying.P
Three
days from now, I will be turning 30 years old. I will be in Las Vegas
and probably completely out of my mind when it happens. But I'm happy to
report that I'm far more responsible and far less pretentious these
days. I've changed a lot in these 10 years. I don't get arrested anymore
and I don't pee on people's lawns anymore. I've built businesses, been
around the world multiple times, and managed to create a career for
myself as a writer — something I never could have predicted.P
In our
instant gratification culture, it's easy to forget that most personal
change does not occur as a single static event in time, but rather as a
long, gradual evolution where we're hardly aware of it as it's
happening. We rarely wake up one day and suddenly notice wild,
life-altering changes in ourselves. No, our identities slowly shift,
like sea sand getting pushed around by the ocean, slowly accumulating
into new contours and forms over the passage of time.P
It's
only when we stop years or decades later and look back that we can
notice all of the dramatic changes that have taken place. My 20s
certainly were dramatic. Here are some of the things I learned:P
When you
are young, your greatest asset is not your talent, not your ideas, not
your experience, but your time. Time grants you the opportunity to take
big risks and make big mistakes. Dropping everything and traveling the
world for six years or starting some company to build this crazy app you
and your friends came up with when you got high one night, or randomly
packing up all (four) of your belongings and moving to another city on a
whim to work and live with your cousin, you can only get away with
these things when you're young, when you have nothing to lose. The
difference between an unemployed 22-year-old with debt and no serious
work experience and an unemployed 25-year-old with debt and no work
experience is basically negligible in the long run.
Chances
are you aren't strapped by all of the financial responsibilities that
come with later adulthood: mortgage payments, car payments, daycare for
your kids, life insurance and so on. This is the time in your life where
you have the least amount to lose by taking some long-shot risks, so
you should take them. Because its the disastrous failures of these years
— that crazy love affair with the Taiwanese dancer that made your
mother lose her hair, or the entrepreneurial joint venture some guy in
Starbucks talked you into that turned out to be an elaborate pyramid
scheme — it's these failures that will set you up for your life
successes down the line. They are the best lessons of your life. Get
learning.
2. You Can't Force Friendships
There
are two types of friends in life: the kind that when you go away for a
long time and come back, it feels like nothing's changed, and the kind
that when you go away for a long time and come back, it feels like
everything's changed.
I've
spent the majority of the last five years living in a number of
different countries. Unfortunately, that means that I've left a lot of
friends behind in various places. What I've discovered over this time is
that you can't force a friendship with someone. Either it's there or
it's not, and whatever "it" is, is so ephemeral and magical that neither
one of you could even name it if you tried to. You both just know.
What
I've also found is that you can rarely predict which friends will stick
with you and which ones won't. I left Boston in the Fall of 2009 and
came back eight months later to spend the Summer of 2010 there. Many of
the people I was closest to when I left could hardly even be bothered to
call me back when I returned. Yet, some of my more casual acquaintances
slowly became the closest friends in my life. It's not that those other
people were bad people or bad friends. It's nobody fault
3. You're Not Supposed To Accomplish All of Your Goals
Spending
the first two decades of our life in school conditions us to have an
intense results-oriented focus about everything. You set out to do X, Y
or Z and either you accomplish them or you don't. If you do, you're
great. If you don't, you fail.
But
in my 20s I've learned that life doesn't actually work that way all the
time. Sure, it's nice to always have goals and have something to work
towards, but I've found that actually attaining all of those goals is
beside the point.
When
I was 24, I sat down and wrote down a list of goals I wanted to
accomplish by my 30th birthday. The goals were ambitious and I took this
list very seriously, at least for the first few years. Today, I've
accomplished about 1/3 of those goals. I've made significant progress on
another 1/3. And I've basically done nothing about the last 1/3.
But
I'm actually really happy about them. As I've grown, I've discovered
that some of the life goals I set for myself were not things I actually
wanted, and setting those goals taught me what was not important to me
in my life. With some other goals, while I didn't attain them, the act
of working towards them for the past six years has taught me so much
that I'm still pleased with the outcome anyway.
I'm
firmly convinced that the whole point of goals is 80% to get us off our
asses and 20% to hit some arbitrary benchmark. The value in any
endeavor almost always comes from the process of failing and trying, not
in achieving.
P
4. No One Actually Knows What the Hell They're DoingP
There's
a lot of pressure on kids in high school and college to know exactly
what they're doing with their lives. It starts with choosing and getting
into a university. Then it becomes choosing a career and landing that
first job. Then it becomes having a clear path to climb up that career
ladder, getting as close to the top as possible. Then it's getting
married and having kids. If at any point you don't know what you're
doing or you get distracted or fail a few times, you're made to feel as
if you're screwing up your entire life and you're destined for a life of
panhandling and drinking vodka on park benches at 8AM
But
the truth is, almost nobody has any idea what they're doing in their
20s, and I'm fairly certain that continues further into adulthood.
Everyone is just working off of their current best guess.
Out of
the dozens of people I've kept in touch with from high school and
college (and by "keep in touch" I really mean "stalked on Facebook"), I
can't think of more than a couple that have not changed jobs, careers,
industry, families, sexual orientation or who their favorite power
ranger is at least once in their 20s. For example, good friend of mine
was dead-set when he was 23 of climbing the corporate hierarchy in his
industry. He had a big head-start and was already kicking ass and making
good money. Last year, at age 28, he just went and bailed. Another
friend of mine went from the Navy to selling surf equipment, to getting a
masters in education. Another friend of mine just picked up and took
her career to Hong Kong. Another friend stopped working as an
environmental scientist and is now a DJ.
PI
rarely had any clue what I was doing. I get emails all the time from
people wanting to know how I built my business, when I decided to become
a writer, what my initial business plan was. The truth is I never knew
any of those things. They just happened. I paid attention to
opportunities and acted on them. Most of those opportunities failed
drastically. But I was young and could afford those failures.
Eventually, I was fortunate enough to work my way to do something I
liked and do it well.
5. Most People in the World Basically Want the Same Things
In
hindsight, I've had a pretty rollicking 20s. I started a business in a
bizarre industry that took me to some interesting places and allowed me
to meet interesting people. I've been all over the world, having spent
time in over 50 countries. I've learned a few languages, and rubbed
elbows with some of the rich and famous and the poor and downtrodden, in
both the first and third worlds. And what I've discovered is that from a broad perspective, people are basically the same.
Everyone spends most of their time worrying about food, money, their job and their family — even people who are rich and well fed. Everyone wants to look cool and feel important — even people who are already cool and important. Everyone is proud of where they come from. Everyone has insecurities and anxieties that plague them, regardless of how successful they are. Everybody is afraid of failure and looking stupid. Everyone loves their friends and family yet also gets the most irritated by them. Humans are, by and large, the same. It's just the details that get shuffled around. This homeland for that homeland. This corrupt government for that corrupt government. This religion for that religion. This social practice for that social practice. Most of the differences that we hold to be so significant are accidental byproducts of geography and history.
They're superficial — merely different cultural flavors of the same overarching, candy-coated humanity. I've learned to judge people not by who they are, but by what they do. Some of the kindest and most gracious people I've met were people who did not have to be kind or gracious to me. Some of the most obnoxious asshats have been people who had no business being obnoxious asshats to me. The world makes all kinds. And you don't know who you're dealing with until you spend enough time with a person to see what they do, not what they look like, or where they're from or what gender they are or whatever.
Everyone spends most of their time worrying about food, money, their job and their family — even people who are rich and well fed. Everyone wants to look cool and feel important — even people who are already cool and important. Everyone is proud of where they come from. Everyone has insecurities and anxieties that plague them, regardless of how successful they are. Everybody is afraid of failure and looking stupid. Everyone loves their friends and family yet also gets the most irritated by them. Humans are, by and large, the same. It's just the details that get shuffled around. This homeland for that homeland. This corrupt government for that corrupt government. This religion for that religion. This social practice for that social practice. Most of the differences that we hold to be so significant are accidental byproducts of geography and history.
They're superficial — merely different cultural flavors of the same overarching, candy-coated humanity. I've learned to judge people not by who they are, but by what they do. Some of the kindest and most gracious people I've met were people who did not have to be kind or gracious to me. Some of the most obnoxious asshats have been people who had no business being obnoxious asshats to me. The world makes all kinds. And you don't know who you're dealing with until you spend enough time with a person to see what they do, not what they look like, or where they're from or what gender they are or whatever.
6. The World Doesn't Care About You
The
thought that is so frightening at first glance — "No one cares about
me!?" —becomes so liberating when one actually processes its true
meaning. As David Foster Wallace put it, "You'll stop worrying what
others think about you when you realize how seldom they do."
You, me, and everything we do, will one day be forgotten. It will be as if we never existed, even though we did. Nobody will care. Just like right now, almost nobody cares what you actually say or do with your life.
You, me, and everything we do, will one day be forgotten. It will be as if we never existed, even though we did. Nobody will care. Just like right now, almost nobody cares what you actually say or do with your life.
And this
is actually really good news: it means you can get away with a lot of
stupid shit and people will forget and forgive you for it. It means that
there's absolutely no reason to not be the person that you want to be.
The pain of un-inhibiting yourself will be fleeting and the reward will
last a lifetime.
7. Pop Culture Is Full of Extremes, Practice Moderation
Source: http://lifehacker.com
My life
immediately got about 542% better when I realized that the information
you consume online is predominantly made up of the 5% of each extreme
view and that 90% of life actually occurs in the silent middle-ground
where most of the population actually lives. If one reads the internet
enough, one is liable to start thinking that World War III is imminent,
that corporations rule the world through some conspiracy, that all men
are rapists (or at the very least, complicit in rape), that all women
are lying, hypergamous whores, that white people are victims of reverse
racism, that there's a war on Christmas, that all poor people are lazy
and destroying the government, and on and on.
It's
important to sometimes retreat to that quiet 90% and remind oneself:
life is simple, people are good, and the chasms that appear to separate
us are often just cracks.
8. The Sum of the Little Things Matter Much More Than the Big Things
I
remember reading an interview of Dustin Moskovitz, the co-founder of
Facebook and Mark Zuckerberg's college roommate. The interviewer asked
Dustin what it felt like to be part of Facebook's "overnight success."
His answer was something like this, "If by 'overnight success' you mean
staying up and coding all night, every night for six years straight,
then it felt really tiring and stressful."
We
have a propensity to assume things just happen as they are. As outside
observers, we tend to only see the result of things and not the arduous
process (and all of the failures) that went into producing the result. I
think when we're young, we have this idea that we have to do just this
one big thing that is going to completely change the world, top to
bottom. We dream so big because we don't yet realize — we're too young
to realize — that those "one big things" are actually comprised of
hundreds and thousands of daily small things that must be silently and
unceremoniously maintained over long periods of time with little
fanfare. Welcome to life.
9. The World Is Not a Scary Place Out to Get You
This
gets said all the time, but it's basically true. I've been to a fair
amount of dangerous shit holes both inside and outside the US. And when
given the opportunity, the majority of people are kind and helpful. If
there's one piece of practical advice I would give every 20-year-old,
regardless of circumstance, it is this: find a way to travel, and when
in doubt, talk to people, ask them about themselves, get to know them.
There's little to no downside and huge, major upsides, especially when
you're still young and impressionable.
10. Your Parents Are People Too
SEXPAND
And
finally, perhaps the most disillusioning realization of your 20s: seeing
mom and dad not as the all-knowing protectors like you did as a child,
and not as the obnoxious and totally uncool authoritarians like you did
as a teenager, but as peers, as just two flawed, vulnerable, struggling
people doing their best despite often not knowing what the hell they're
doing (see number 5).
Chances
are your parents screwed some things up during your childhood. Pretty
much all of them do (as my mom always likes to say, "Kids aren't born
with instruction manuals.") And chances are, you will start to notice
all of these screw-ups while you are in your 20s. Growing up and
maturing to the extent that one can recognize this is always a painful
process. It can kick up a lot of bitterness and regret.
But perhaps the first duty of adulthood — true adulthood, not just taxed adulthood — is the acknowledgment, acceptance, and (perhaps) forgiveness of one's parent's flaws. They're people too. They're doing their best, even though they don't always know what the best is.
But perhaps the first duty of adulthood — true adulthood, not just taxed adulthood — is the acknowledgment, acceptance, and (perhaps) forgiveness of one's parent's flaws. They're people too. They're doing their best, even though they don't always know what the best is.
Source: http://lifehacker.com
Langganan:
Postingan (Atom)